JENDELAPSIKOLOGIA.COM - Eldest Daughter Syndrome atau sindrom anak perempuan tertua merupakan istilah populer yang digunakan untuk menggambarkan kondisi psikologis anak pertama.
Yang terbiasa menanggung tanggung jawab yang besar sejak usia belia dan cenderung dituntut untuk dewasa lebih cepat daripada anak laki-laki.
Secara umum, masyarakat memandang perempuan sebagai sosok caregiver dengan sifat-sifat mengayomi, selfless, dan menaruh perhatian pada hal-hal kecil.
Tak jarang orang tua menuntut anak perempuan tertuanya untuk jadi “orang tua ketiga” bagi adik-adiknya.
Baca Juga: Cheerleader Effect : Keadaan Dimana Wanita Terlihat Lebih Menarik ketika Mereka Berkelompok
Dari merawat adik, membantu pekerjaan sehari-hari, merawat orang tua yang sakit hingga menyortir pesanan belanja atau pengiriman online.
Putri sulung sering memikul beban tanggung jawab rumah tangga yang berat namun tidak terlihat sejak usia muda.
Dilanisr dari analisadaily.com Anak pertama memiliki sifat ambisius, bertanggungjawab, biasanya lebih pintar dari saudara atau adik-adiknya.
Biasanya anak pertama sangat jarang tumbuh dan berkembang menjadi anak nakal. Kondisi ini dipengaruhi karena anak pertama apa bila ingin melakukan sesuatu selalu bertanya kepada orang tuanya.
Baca Juga: Delusi Persekutorik : Merasa Dirinya Selalu Terancam atau Berada dalam Bahaya.
Anak pertama akan selalu disalahkan oleh orangtuanya karena kenakalan adiknya. Orangtua biasanya akan membela anak bungsu bila ada satu perselisihan di antara anak-anaknya.
Hal ini pula mendorong anak pertama memiliki tanggungjawab atas perbuatan saudara atau adik-adiknya.
Fenomena ini menjadi kajian psikologi oleh para psikolog pendidikan.
Secara sosiologi anak pertama akan menjadi pribadi yang baik dan bertanggungjawab maka anak pertama apa bila orang tua mereka tidak hadir dalam menyelesaikan masalah keluarga maka tampil anak pertama menyelesaikannya.
Artikel Terkait
Anak Pertama yang Ambisius, Apakah Urutan Lahir Mempengaruhi Sifat dan Kondisi Psikologisnya?
Anak Pertama dan Tuntutan Keluarga: Menjadi Panutan atau Tertekan?